Sabtu, 29 Oktober 2011

Agama Saya Yang Mengajarkan Saya Untuk Nasionalis



Sanur Bali, 29/10/2011. "Pak, mengapa anda begitu sangat nasionalis, tetapi di sisi lain anda juga seorang yang religius dengan banyak mengutip ayat atau hadist dalam presentasi anda," tanya peserta di forum Koperasi Muda Indonesia, Sabtu siang, di sebuah hotel di kawasan Sanur, Bali. Pertanyaan itu ditujukan kepada Aswandi As'an, dari Tim Beli Indonesia pada sesi tanya jawab setelah Aswandi memaparkan tentang gerakan Beli Indonesia. Dalam presentasinya selama 1,5 jam Aswandi menyebutkan Beli Indonesia sebagai medan juang untuk seorang yang mencintai bangsa dan negaranya. Karena didalamnya terkandung semangat pembelaan terhadap kemajuan ekonomi negara dan kejayaan bangsa Indonesia

"Agama saya yang mengajarkan saya untuk menjadi seorang nasionalis," jawab Aswandi. Aswandi menambahkan bahwa seorang muslim diperintahkan oleh agamanya untuk membela bangsa dan negaranya. Mencintai negara itu, kata Aswandi adalah bagian dari keimananan. Dan secara historis, Indonesia berdiri tidak lepas dari peran ulama yang bergerilya memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang arti kemerdekaan dan upaya membebaskan diri dari cengkeraman asing. "Bagi seorang muslim tidak ada pemahaman split antara agama dan bangsa, seolah-olah jika dia religius maka dia dia tidak nasionalis, dan kalau dia nasionalis maka akan longgar bahkan lepas dari ajaran agamanya," jelas Aswandi. Aswandi menegaskan bahwa mencintai atau membela bangsa dan negara itu adalah bagian dari ajaran agamanya. 

Dalam presentasinya di depan pengurus Komindo se Indonesia itu, Aswandi memaparkan kondisi pasar Indonesia yang sudah dikuasai asing. "Kita tidak usah bicara tambang atau sektor strategis lainnya, tapi lihat apa yang kita pakai sehari-hari-hari. Hampir semuanya produk asing," jelas Aswandi. Maka bagaimana Indonesia akan menjadi negara yang kuat dan mandiri secara ekonomi jika produk-produk yang dipakai oleh rakyatnya adalah produk-produk yang dimiliki oleh orang asing. "Produsen asing tidak ada urusannya dengan Indonesia, lihat bagaimana cara mereka memilih supplier, merekrut karyawan, menyimpan uangnya pasti bukan di bank-bank Indonesia dan lain-lain. Hanya satu yang menjadi konsen mereka, yakni bagaimana mereka mengeruk sebanyak-banyaknya keuntungan dari Indonesia," ungkap Aswandi. Mengapa mereka bisa besar? Karena kita bela, kita beli dan kita pakai produknya. Sebaliknya, mengapa produk Indonesia tidak tumbuh? Karena orang Indonesia enggan memakai produk bangsanya sendiri. Akibatnya Industri dalam negeri tidak tumbuh. Industri tidak tumbuh maka lapangan kerja sempit. Lapangan kerja sempit mengakibatkan pengangguran ada di mana-mana. Maka kemudian berbondong-bondonglah anak negeri ini mencari hidup di negeri orang menjadi TKI atau TKW. "Siapa sesungguhnya yang mengirim anak-anak negeri ini menjadi TKI? Ya kita semua karena kita enggan membela produk yang dibuat oleh anak bangsa kita sendiri," ungkap Aswandi. 

Komindo adalah sebuah komunitas yang beranggotakan para sarjana yang baru lulus kuliah. Dulunya mereka adalah aktifis dan anggota komunitas kampus. Setelah lulus mereka membuat organisasi yang mereka sebut Komindo atau Koperasi Muda Indonesia, dimana organisasi ini menjadi penyangga kegiatan ekonomi masing-masing. Rata-rata anggotanya sudah merintis usaha atau memulai bisnis di daerah masing-masing. Beberapa waktu sebelumnya pengurus pusat Komindo mendatangi Pemimpin Gerakan Beli Indonesia, Ir.H.Hepyy Trenggono, M.Kom, untuk berdiskusi tentang mengembangkan organisasi ini. Mereka meminta agar Beli Indonesia dapat mensupport kegiatannya dengan cara menjadi pembicara atau menyampaikan Beli Indonesia dalam forum mereka. Acara yang berlangsung di kawasan Sanur, Bali Sabtu siang itu adalah workshop tentang entrepreneurship untuk para pengurus Komindo dari seluruh Indonesia.
(AA)