Agresi itu seolah meniadakan dan membenam kembali keberadaan sebuah negara baru bernama
Sejarah selalu berulang dan penjajahan masih terjadi sampai saat ini. Apalagi terhadap negara yang kaya seperti Indonesia yang membuat semua negara kapitalis dan kolonialis bernafsu untuk menguasainya. Penjajahan secara fisik seperti yang sudah-sudah jelas tidak mungkin lagi karena sebagian besar negara di dunia mengutuknya. Maka caranya dengan menguasai sumber-sumber kekayaan alam negara ini melalui berbagai cara-cara yang "sopan dan manusiawi" dan seolah-olah menguntungkan buat Indonesia. Mereka menguasai dan mengail ikannya tanpa mengeruhkan airnya. Meski kadang-kadang cara mengeruhkan air sering juga dilakukan bahkan dengan merusakkan kolamnya sekalian seperti yang terjadi di Irak. Muncullah istilah investasi asing, privatisasi, pasar bebas, WTO, IMF, demokrasi, otonomi daerah, Hak Asasi Manusia, terorisme dan lain-lain istilah yang mereka ciptakan untuk didikte kepada negara target. Dan semua itu hari ini sudah terjadi di Indonesia. Tidak hanya ada satu VOC saja tetapi ribuan VOC yang menghisap kekayaan negara ini. Tidak hanya kekayaan alamnya yang dikuasai, pasar Indonesiapun dikuasai dengan berbuat semaunya dan memonopoli. De Yure Indonesia masih berdiri, De facto negara ini sudah kehilangan kedaulatan. Totally, kita sudah terjajah bahkan sampai ke perut dan cara berpikir. Sehingga anak-anak kita lebih bangga makan di McD daripada ayam goreng Ny. Soeharti. Dan merasa hebat kalau ada kata-kata Amerika daripada dia menyebut Indonesia.
Seperti yang telah diajarkan oleh Panglima Sudirman dan kawan-kawan, Beli Indonesia akan melakukan aksi serupa yang disebut dengan Serangan Umum Beli Indonesia 1 Maret 2012. "Ini adalah sebuah aksi edukasi kepada masyarakat kita apa yang harus dilakukan untuk membela negeri yang telah dikuasai asing saat ini," kata Ahmad Nur Sodik, Koordinasi Aksi. Menurut Sodik, aksi ini dilakukan dengan cara turun ke pasar-pasar atau sentra keramaian menemui pembeli dan penjual dan menjelaskan tentang pentingnya membela produk negeri sendiri. Dilakukan serentak di 7 kota di Jawa dan Sumatera; Jakarta, Surabaya, Jogjakarta, Bandung, Pekanbaru, dan Pekalongan. Beberapa kota lain juga melakukan aksi yang sama. "Membela produk sendiri itu bermakna juga membela saudara sendiri, karena dengan begitu saudara kita memiliki penghasilan dan menghidupi karyawan yang bekerja membuat produk itu," jelas Sodik. Lebih dari itu, lanjut Sodik kita menumbuhkan ekonomi negeri sendiri dengan memulai dari membangun kehidupan ekonomi rakyatnya.
Aksi ini akan melibatkan semua pihak, mulai dari pengusaha, mahasiswa, pelajar, pegawai, buruh dan semua lapisan masyarakat. "Indonesia itu tidak bisa kita bangun sendiri. Karena bangunan Indonesia tersusun dari banyak aspek, mulai dari suku, agama, ras, golongan, budaya dan lain-lain. Aksi ini akan kita lakukan bersama-sama sebagaimana pendahulu kita dulu membangunnya," tegas Sodik. Ketika ditanya apakah gerakan ini akan berhasil, Sodik berkata, "Tidak ada yang lain di dalam hati ini kecuali keyakinan bahwa ini akan berhasil. Pak Dirman dulu juga tidak tahu bagaimana hasil dari serangan umum yang mereka lakukan, tetapi mereka terus dan tetap berjuang. Karena perjuangan itulah yang akan mengantarkan hasil," kata Sodik dengan penuh keyakinan. Indonesia saat ini, kata Sodik membutuhkan banyak pejuang. Siapa pejuang itu? "Temuilah mereka dalam jiwa-jiwa orang-orang seperti Soekarno, Hatta, KH. Ahmad Dahlan, KH, Hasyim Asyarie, Sudirman, Natsir, Agus Salim, AA.Maramis dan lain-lain yang mereka itu lebih banyak memikirkan negara, bangsa dan orang lain daripada memikirkan dirinya sendiri," Sodik mengakhiri. (AA)