Jumat, 24 Februari 2012

Merebut Pasar Di Negeri Sendiri



Jakarta, 16/01/2012. Agresi militer Belanda pada Desember 1948, adalah cara Belanda menunjukkan ketidakrelaannya atas Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945. Karena hasil-hasil bumi Indonesia telah membuat Belanda telah meraih banyak keuntungan melalui satu perusahaannya bernama VOC yang menjadi perusahaan terkaya di dunia ketika itu. Hampir semua negara Eropa memiliki negara jajahan di Asia dan Afrika tempat mereka mencari bahan baku untuk kebutuhan industrinya. Tetapi tidak ada yang menyamai Belanda karena negara itu memiliki satu kawasan jajahan yang memiiki kekayaan yang tidak ada duanya di dunia, Indonesia.

Agresi itu seolah meniadakan dan membenam kembali keberadaan sebuah negara baru bernama Indonesia. Belanda memanfaatkan kelemahan posisi politis Indonesia di kancah Internasional dengan membangun opini bahwa Indonesia masih belum merdeka dan tetap dalam cengkeraman Belanda. Namun Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa berkehendak lain karena negara baru itu masih memiliki pejuang yang rela mengorbankan jiwa raga untuk bangsa dan negaranya. Pejuang itu diantaranya Panglima Besar Jenderal Sudirman, Sultan Hamengku Buwono IX, Gatot Soebroto, Bambang Sugeng, Letkol Soeharto, dr. Wliater Hutagalung, TB Simatupang dan lain-lain. Di bawah komando Jenderal Soedirman, para pejuang melakukan counter terhadap agresi Belanda itu. Salah satu strateginya dengan menduduki Yogyakarta sebagai ibukota RI ketika itu. Penyerangan dilakukan pada 1 Maret 1949 dan tentara Indonesia berhasil menduduki Yogyakarta selama 6 jam di bawah pimpinan Letkol Soeharto. Peristiwa penyerangan dan pendudukan itu yang kemudian dikenal sebagai Serangan Oemoem 1 Maret 1949. Waktu 6 jam yang sangat bermakna dan sangat besar artinya buat perjalanan Negara Kesatuan Republik Indonesia karena dengan itu dunia Internasional mengetahui bahwa Indonesia masih ada dan siap melawan dominasi asing. 

Sejarah selalu berulang dan penjajahan masih terjadi sampai saat ini. Apalagi terhadap negara yang kaya seperti Indonesia yang membuat semua negara kapitalis dan kolonialis bernafsu untuk menguasainya. Penjajahan secara fisik seperti yang sudah-sudah jelas tidak mungkin lagi karena sebagian besar negara di dunia mengutuknya. Maka caranya dengan menguasai sumber-sumber kekayaan alam negara ini melalui berbagai cara-cara yang "sopan dan manusiawi" dan seolah-olah menguntungkan buat Indonesia. Mereka menguasai dan mengail ikannya tanpa mengeruhkan airnya. Meski kadang-kadang cara mengeruhkan air sering juga dilakukan bahkan dengan merusakkan kolamnya sekalian seperti yang terjadi di Irak. Muncullah istilah investasi asing, privatisasi, pasar bebas, WTO, IMF, demokrasi, otonomi daerah, Hak Asasi Manusia, terorisme dan lain-lain istilah yang mereka ciptakan untuk didikte kepada negara target. Dan semua itu hari ini sudah terjadi di Indonesia. Tidak hanya ada satu VOC saja tetapi ribuan VOC yang menghisap kekayaan negara ini. Tidak hanya kekayaan alamnya yang dikuasai, pasar Indonesiapun dikuasai dengan berbuat semaunya dan memonopoli. De Yure Indonesia masih berdiri, De facto negara ini sudah kehilangan kedaulatan. Totally, kita sudah terjajah bahkan sampai ke perut dan cara berpikir. Sehingga anak-anak kita lebih bangga makan di McD daripada ayam goreng Ny.
Soeharti. Dan merasa hebat kalau ada kata-kata Amerika daripada dia menyebut Indonesia. 

Seperti yang telah diajarkan oleh Panglima Sudirman dan kawan-kawan, Beli Indonesia akan melakukan aksi serupa yang disebut dengan Serangan Umum Beli Indonesia 1 Maret 2012. "Ini adalah sebuah aksi edukasi kepada masyarakat kita apa yang harus dilakukan untuk membela negeri yang telah dikuasai asing saat ini," kata Ahmad Nur Sodik, Koordinasi Aksi. Menurut Sodik, aksi ini dilakukan dengan cara turun ke pasar-pasar atau sentra keramaian menemui pembeli dan penjual dan menjelaskan tentang pentingnya membela produk negeri sendiri.
Dilakukan serentak di 7 kota di Jawa dan Sumatera; Jakarta, Surabaya, Jogjakarta, Bandung, Pekanbaru, dan Pekalongan. Beberapa kota lain juga melakukan aksi yang sama. "Membela produk sendiri itu bermakna juga membela saudara sendiri, karena dengan begitu saudara kita memiliki penghasilan dan menghidupi karyawan yang bekerja membuat produk itu," jelas Sodik. Lebih dari itu, lanjut Sodik kita menumbuhkan ekonomi negeri sendiri dengan memulai dari membangun kehidupan ekonomi rakyatnya. 

Aksi ini akan melibatkan semua pihak, mulai dari pengusaha, mahasiswa, pelajar, pegawai, buruh dan semua lapisan masyarakat. "Indonesia itu tidak bisa kita bangun sendiri. Karena bangunan Indonesia tersusun dari banyak aspek, mulai dari suku, agama, ras, golongan, budaya dan lain-lain. Aksi ini akan kita lakukan bersama-sama sebagaimana pendahulu kita dulu membangunnya," tegas Sodik. Ketika ditanya apakah gerakan ini akan berhasil, Sodik berkata, "Tidak ada yang lain di dalam hati ini kecuali keyakinan bahwa ini akan berhasil. Pak Dirman dulu juga tidak tahu bagaimana hasil dari serangan umum yang mereka lakukan, tetapi mereka terus dan tetap berjuang. Karena perjuangan itulah yang akan mengantarkan hasil," kata Sodik dengan penuh keyakinan. Indonesia saat ini, kata Sodik membutuhkan banyak pejuang. Siapa pejuang itu? "Temuilah mereka dalam jiwa-jiwa orang-orang seperti Soekarno, Hatta, KH. Ahmad Dahlan, KH, Hasyim Asyarie, Sudirman, Natsir, Agus Salim, AA.Maramis dan lain-lain yang mereka itu lebih banyak memikirkan negara, bangsa dan orang lain daripada memikirkan dirinya sendiri," Sodik mengakhiri.
(AA)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar